metamorfosa

metamorfosa itu memang benar adalah bagian dalam kehidupan...

seperti saya misalnya,
dulu, saya lincah, pintar berceloteh, dan menawan ;p
skrg, saya tak lagi lincah, krg pandai berceloteh, tapi tetap menawan .. =)

tapi di posting kali ini, saya tidak akan berbicara soal metamorfosa saya.

saya ingin share ttg metamorfosa sebuah hubungan.

antara laki-laki dan perempuan, apakah mungkin bisa terjalin sebuah persahabatan tanpa diwarnai rasa apa2? hmm, saya termasuk yg tak percaya dg itu, saya hanya percaya laki dan perempuan bisa berteman (agak) dekat, tanpa perasaan apa2. tapi lebih dari itu - kalau sampe mereka sudah menganggap diri sahabat, berbagi segala hal ke satu sama lain - hmm, tunggu dulu. saya yakini, pasti ada salah seorang yang menyimpan rasa. dan persahabatan itu mgkin hanya bisa bertahan kalau si pihak yg menyimpan rasa itu menjaga rapat2 perasaannya.

well, that was my thought before. i respected those who believe in such a different way from my perspective. but i never would believe of something called platonic friendship between men and women (or the same sex, in case of homosexual relationship).

dlu wktu saya masih belia, belum tau seperti apa itu cinta, dan apa itu obsesi. belum bisa membedakan keduanya. saya pernah menyukai seorang senior saya. hmm.. with all the physically thing, he's amazing. well, not for everyone, but for me and some other girls. but i considered him as my nimo then (remember :cintapucino: a novel and novel-based movie). coz, when i grew older, i understood that my feeling for what likely to be almost 3 years (or more) was some stupid kind of obsession. not love, definetly.

karena setelah 'perpisahan' dg dia, saya menyadari bahwa saya dulu hanya menyukai bayangan ttg dia yg saya produksi di ruang bawah sadar saya, saya menciptakan dia seperti yg saya mau, flawless. setelah dia lulus, saya berkesempatan komunikasi dg dia (diawali dri rasa penasaran dan ojok2an teman). and there i saw his flaw. bukannya saya ilfil, tpi saya hanya sadar saja, bahwa saya dulu menyukai dia bukan krn dia APA ADANYA, tapi dia yang SAYA ADAKAN.

sampai akhirnya, saya nyaris putus kontak selama 3 tahunan (less or more, i forgot). saya sadar hidup saya berjalan lebih baik. saya lebih legawa. meski kadang2, saya masih suka membandingkan pria yg hadir ke saya dg dia, atau lebih tepatnya bayangan saya ttg dia. tapi masa tenang itu sedikit bergejolak kembali, gr2 sahabat saya menghubungkan saya kembali ke dia. sahabat sy ini yang tiba2 berkomunikasi dg dia dan memberikan nmr tlp saya ke dia. lalu, saya kembali (cukup) intens, well not everyday, hanya kadang kala sling menyapa, saling curhat (lebih banyak dia curhat ke saya), sambil tetap menjaga irama hidup masing2. bahkan ia mengibaratkan hubungan kami seperti sahabat pena (krn hanya kontak lwt tlp, sms, chat, ef-be).

tapi kami akhirnya pernah "berkopi darat". hehehe. dan kami memang hanya ngobrol2 saja, tak lebih. justru dg makin mengenal dia, saya makin yakin bahwa keputusan saya dulu untuk "melepas" dia adl benar, dan saya jauh lebih beruntung punya pacar seperti pacar saya skrg. orang yang jauh menghargai saya, apa adanya, mau mendengar dan didengar. tapi, tak berarti saya kemudian menyetop segala arus komunikasi saya dg dia.

dia tahu saya pernah punya perasaan ke dia, [lagi-lagi] gr2 sahabt saya. dan itu pun pernah kami bahas, tapi kami berdua sama2 percaya kalau itu adl masa lalu. di masa skrg, saya tdk mgkin jatuh cinta dg dia. dia tdk mgkin jatuh cinta dg saya. saya rasa, kami sama2 menyadari hal itu. karena itu lah, pertemanan kami masih berjalan smpe skrg. mgkin krn kami sama2 merasa nyaman memberitahukan hal2 yg tdk mgkin kami beritahukan ke org2 yang ada di sekitar kami langsung. dg begitu, perasaan bebas lebih mengalir. mgkin pula, krn kami memang merasa cocok dlm hal komunikasi. saya pun tak perlu sungkan untuk menyembunyikan cela saya ke dia. krn saya sudah tidak peduli dg apa yg ia pikirkan ttg saya.

tpi, barusan saya sadar satu hal, bahwa hubungan kami bermetamorfosa. dari sekedar senior dan junior, fans (groupies) dan idola, teman ngobrol, sampai ke teman curhat. dri situ pula saya menyadari perubahan istilah yg ia pakai untuk me-refer ke saya.

sahabat pena. dulu adik kelas, dulu mantan fans, skrg sohib. sobat. sahabat ra mutu.





bunga juga bermetamorfosis,
semoga hubungan kami bermetamorfosis seindah bunga ini! 


PS: saya bukan pengamatnya, dan tak tahu kepada berapa banyak org ia me-refer dg sebutan sahabat. but hell yeah, i don't care. he's one of my good friend, as well. coz when i am down, i sometimes go to him, just to be able to laugh again.

Comments

Popular posts from this blog

Blue Valentine - a movie about love that doesn't work

Pojangmacha: Korean angkringan

haruskah ak diruwat?